
Buat anak skena lama, nama Take Over X JPI bukan cuma sekadar band. Mereka adalah salah satu alumni legendaris Rock Festival se-Indonesia ke-10 tahun 2004, yang waktu itu pulang bawa gelar Juara 2 plus Best Vocalist lewat suara emas Damar Teguh. Waktu itu, formasi mereka full cowok—nggak ada wangi-wangi, cuma keringat, distorsi, dan adrenalin.

Lalu waktu bergulir. Formasi berubah, jalan masing-masing, sampai akhirnya di 2017 mereka balik dengan napas baru. Windy Saraswati masuk sebagai vokalis, dan sejak itu warna Take Over nggak lagi sama—lebih berani, lebih terbuka, tapi tetap punya otot rock yang nggak bisa dibohongi. Single Jangan Modus jadi tanda kebangkitan itu.
JPI, Motor di Balik Mesin Take Over
Di 2019, takdir mempertemukan Take Over dengan JPI—produser yang bukan cuma mikirin sound, tapi juga soul. Dia masuk bukan sekadar “ngatur mixing-mastering”, tapi nge-rombak konsep, ngasih napas baru, dan bikin mereka percaya kalau “karya nggak boleh setengah hati”.

Dari situ lahir EP pertama – TAKE OVER (2019), lanjut EP Kedua – V.2 (2021), lalu Ep Ketiga – Treble (2023). Sampai akhirnya, di penghujung 2023, datang satu energi baru: Cynthia Difka, bassist perempuan yang bawa chemistry beda.
“Kayaknya kita butuh ada wangi-wangi di panggung,” canda mereka.
Tapi di balik candaan itu, Cynthia memang bikin formasi ini komplet—secara musikal dan secara vibe.

EP “IV” – Distorsi Tanpa Ampun
Tanggal 13 Agustus 2025, lahirlah Take Over X JPI EP IV di bawah bendera label baru, Wave Music Record. Ada 5 lagu—nggak lebih, nggak kurang—dan semua full throttle.
Nggak ada balada. Nggak ada lagu untuk duduk merenung. Semua track dibuat untuk bikin lo berdiri, lompat, dan teriak.
“Kita mau kasih full lagu energik berdistorsi, tanpa slow-slow-an. Lagunya dibungkus pop punk tapi tetap organik. Nggak ada looping atau sequencer, semua natural,” kata JPI, yang kali ini juga jadi arranger sekaligus pengarah sound design.

Single pertama yang mereka lempar adalah “Lestari Indonesia”—lagu nasionalisme yang justru lahir di masa banyak orang sinis sama kondisi negeri.
“Kadang kita tau kondisi nggak ideal, tapi bukan berarti kita berhenti nyebar vibe positif,” kata mereka.
Strategi 5 Lagu & 5 Video Klip
Bukan rahasia, Take Over punya kebiasaan unik sejak comeback: setiap EP = 5 lagu + 5 video klip.
Kenapa? Karena mereka nggak mau lagu mereka cuma numpang lewat di playlist.
“Sayang aja kalau bikin 10 lagu tapi cuma 2 yang keangkat. Kita mending fokus, tiap lagu dibikin video klipnya biar kontennya hidup terus,” jelas Bagus, salah satu otak kreatif Take Over.
Strategi ini juga bikin mereka punya “jejak digital” yang kuat—dari YouTube sampai media sosial.

Bukan Content Creator, Kami Band Panggung
Di era di mana banyak musisi jadi content creator dulu baru performer, Take Over memilih jalur sebaliknya.
“Kita anak band, band panggung. Bukan content creator. Tujuan kita itu tour, roadshow, ketemu penonton langsung,” tegas JPI.
“LET’S MAKE ROCK MUSIC GREAT AGAIN!” tambahnya sambil ngakak.
Mereka lagi nyusun rencana tur untuk September–Oktober, dan kalau semua lancar, kota lo mungkin bakal masuk list.
Kenapa Gabung Wave Music Record?
Kolaborasi dengan Wave Music Record nggak terjadi karena kebetulan. JPI nyari label yang ngerti kalau musik itu bukan cuma soal rilis, tapi soal nyampe.

“Kalau label nggak bantu promosi, percuma. Musik itu cuma punya tiga sumber duit: digital streaming, off-air, sama merchandise. Nah, kita butuh partner yang ngerti game ini,” kata JPI.
Mesin Sudah Nyala, Gaspol!
Dengan formasi yang solid, chemistry yang pas, dan EP IV yang relevan buat generasi sekarang tanpa kehilangan akar rock mereka, Take Over siap bikin panggung bergetar lagi.
Dari Lestari Indonesia sampai lagu-lagu lainnya, semuanya punya satu tujuan: bikin orang merasakan musik, bukan cuma mendengarnya.
EP IV sudah tayang di semua platform digital.
Siap-siap, karena saat mesin ini nyala… nggak ada yang bisa ngerem.
Kita Beda, Kita Bisa! – (gie)